Minggu, 29 Januari 2023
Hello^^
Mari kita review buku-vuku karya Mas Alvi Syahrin. Langsung aja cekidot ya!
JIKA KITA TAK PERNAH JATUH CINTA
Mencintai, menghargai–mulai dari dirimu, untuk dirimu sendiri. Jika kamu saja tidak bisa mencintai diri sendiri, bagaimana orang lain bisa jatuh cinta kepada dirimu? Hidup terlalu singkat untuk meratapi kekurangan. Fokuslah pada kelebihanmu dan rangkul dirimu secara utuh. (halaman 34)
Book details:
Judul buku : Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta
Penulis : Alvi Syahrin
Penerbit : Gagas Media
Terbit : Cetakan pertama, Oktober 2018
Tebal : viii + 224 hlm; 13 x 19 cm
Blurb:
Jika kita tak pernah jatuh cinta, kita tak akan banyak belajar dari masa lalu. Bagaimana ia mengajari kita untuk tetap kuat ketika hati terserak. Kita tak akan menjadi tangguh.
Jika kita tak pernah jatuh cinta, akankah kita pernah merasa berharganya waktu bersama dengan seseorang yang kita cinta?
Jika kita tak pernah jatuh cinta, mungkinkah kita bisa lebih menghargai diri sendiri dengan melepaskan dia yang selalu menyakiti?
Terkadang, cinta memang sakit dan rumit. Namun, bisa pula membuat bahagia dan senyum tidak ada habisnya. Keduanya bersimpangan, tetapi pasti kita rasakan. Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta dituliskan untukmu yang pernah merasa terpuruk karena cinta, lalu bangkit lagi disebabkan hal yang sama.
Apakah kamu pernah jatuh cinta? Pernah patah hati? Bagaimana cara mengatasi patah hati? Bagaimana kamu bisa bangkit dari patah hati? Patah hati memang menyakitkan, tapi satu hal yang pasti, bangkit dari keterpurukan, sangat dianjurkan.
Buku karya Mas Alvi, pemuda kelahiran 1992 ini sangat menarik. Buku yang tampil sederhana, sarat makna yang akan membuka mata dan melihat jauh lebih dalam tentang keadaan diri. Hai kamu, diri kamu sendiri, bagaimana kabarmu? Jika kau sedang tidak baik-baik saja dan patah hati, mari membaca buku ini. Semoga buku ini bisa menghiburmu dan kamu mulai sadar, bahwa hanya kamu yang bisa membuat diri kamu bahagia. Bukan bahagia menurut versi orang lain tentang kamu. Namun bahagia karena kamu mengetahui bahwa kamu berharga dan pantas berbahagia. Jika kamu belum menemukan versi bahagia menurut kamu, “Just look at your self, be your self, and then love your self.”
Eh tapi, pas aku baca buku ini aku sedang tidak patah hati. Hanya saja, aku malah bisa tersenyum dan berterima kasih pada diri sendiri, ketika aku patah hati, aku masih bisa berpikir realistis. Sakit? pasti. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, patah hati itu bisa disembuhkan, jika kita bisa belajar menerima dan bersikap dewasa. Benar kata Mas Alvi, saya sependapat dengan ini:
Namun, ada satu hal yang aku tahu: Hanya karena dia memberimu harapan, hanya karena dia menyukaimu, tak lantas berarti dia akan jadi jodohmu. (halaman 16)
Buku yang terdiri dari 45 bab ini, bahasanya mudah dipahami. Penulisnya menyampaikannya dengan bahasa yang sangat menyenangkan. Tidak menggurui, tidak mengkritik, tidak menghakimi. Penulis melihatnya dengan persepsi yang sangat berbeda, mudah diterima, namun untuk urusan pilihan tidak memaksakan, penulis mengembalikannya kepada pembacanya. Malah sebenarnya kita diajak berpikir realistis. Bahkan penulis juga memberikan pandangan-pandangan positif, namun tidak memaksakan kepada pembacanya. Bagaimana pun, kamu, pembaca buku ini, berhak untuk menentukan jalan hidup yang kamu pilih. Namun, pastikan jalan yang kamu pilih sudah benar, agar tidak tersesat. Tapi, jika kamu pernah mengalami hal-hal yang menyakitkan dalam hidupmu, kamu masih punya pilihan untuk membuat hidupmu menjadi lebih baik dengan menentukan arah langkah hidupmu, berada pada jalan benar.
“Di sepanjang buku ini, aku selalu menyarankamu untuk berdoa, berdoa, berdoa. Kepada Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Yang Menjaga Keamanan, Pemeliharaan Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Diam-diam, itu menenangkan hatimu.” (halaman 2016)
Bagaimana pun, kekuatan doa menurut saya lebih utama–apa pun keyakinan yang kita miliki, berdoa selalu membuat hati terasa tenang, damai, dan tenteram. Penyampaian dalam buku ini terasa halus banget, ibaratnya penulis ini bagaikan sahabat lama yang sangat mengenal kawannya–diri kita, dan memberikan masukan dengan cara halus. Menarik sekali. Aku suka cover-nya yang keliatan misterius, sederhana, tapi bikin tertarik pengen baca. Desain layout-nya juga menarik. Buat kamu yang sedang dalam kesendirian, buku ini sangat saya rekomendasikan, siapa tahu kamu bisa menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang bersarang di benakmu. Semoga setelah membaca buku ini, hatimu merasa lega dan bisa tersenyum kembali.
Berikut ini kalimat-kalimat favoritku di buku Jika Kita Tak Pernah Jatuh Cinta:
Padahal, ketika kita menua, ketika kita terimpit, ketika kita diambang kematian, kita akan selalu mempertimbangkan agama sebagai jalan kembali. (halaman 23)
Jatuh cinta diam-diam telah mengajarkanmu untuk menjaga hati dari hal yang tak pasti. (halaman 25)
Namun percayalah, jatuh cinta yang paling indah adalah jatuh cinta diam-diam. (halaman 27)
Setelah semua rasa sakit ini, jatuh cinta diam-diam akan kembali ke asalnya: bersembunyi di lubuk hati paling dalam. Lalu, menciut, semakin kecil, lama-lama memudar, lama-lama terlupakan. (halaman 30)
You’ve just save your heart, and it’s the most beautiful thing that you’ve ever done to yourself. One day, you’ll teach your kids this lesson. (halaman30)
Mencintai, menghargai–mulai dari dirimu, untuk dirimu sendiri. Jika kamu saja tidak bisa mencintai diri sendiri, bagaimana orang lain bisa jatuh cinta kepada dirimu? Hidup terlalu singkat untuk meratapi kekurangan. Fokuslah pada kelebihanmu dan rangkul dirimu secara utuh.(halaman 34)
Aku hanya ingin kau sedikit lebih realistis. Bahwa cinta tidak seperti yang mereka pertontonkan di Instagram. (halaman 39)
Kembali buka bukumu, belajarlah lebih giat. Lakukan berbagai hal untuk menemukan hal yang kau sukai, dan kejar mimpimu. Masa-masa sekolah dan kuliah hanya berlangsung sekali seumur hidup. Tak ada yang mau membersamai seorang pemalas yang mudah putus asa. See you on top.(halaman 54)
Pada akhirnya, ini akan jadi pelajaran terbesar dalam hidupmu: bahwa kita tak akan pernah bisa mengubah seseorang. Apalagi dalam kondisi jatuh cinta. (halaman 58)
Don’t change him. Don’t change her. Change yourself. Love will come. (halaman 60)
Hidup tidak selalu tentang dia yang kamu cintai. You have your own life, and it doesn’t always have to do anything with him. (halaman 72)
… bahwa agama, entah bagaimana, selalu menjadi prinsip paling mendasar dalam kehidupan seseorang, mengakar teramat kuat, baik kau sadari, maupun tanpa kau sadari. (halaman 91)
Orangtuamu sangat berprinsip, dan mari kita hargai itu. Mungkin, caranya menyakitimu. Tetapi, orangtua juga manusia, mereka tak sempurna, kau juga manusia, tak sempurna. (halaman 105-106)
Teruslah mencari, teruslah berdoa kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta, yang Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu, Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, agar kau senantiasa berada di jalur yang tepat, menuju misi terbesar dalam hidup. (halaman 117)
Tuhan sudah tahu nama siapa yang akan bersanding dengan namanu di kartu undangan pernikahan. Santai saja. Lebih baik kau persiapkan dirimu untuk menjadi lebij baik. Bukankah orang baik hanya untuk orang baik juga? (halaman 155)
Sekarang, lihatlah ke depan, melangkahlah dengan berani, berhenti berlagak bagai korban, berperanlah layaknya pahlawan. (halaman 159)
Jangan sampai cinta jadi agamamu. Jangan sampai dia menjadi tempatmu bertumpu. Jangan sampai hidupmu untuk cinta dan dirinya. Sedetik setelah kematianmu, dia sudah tak bisa membantumu. (halaman 175)
Dan, cinta yang benar tidak akan menyakiti siapa pun. (halaman 183)
Jangan tergila-gila dalam mencintai. Jangan tergila-gila dalam membenci. Jangan tergila-gila dalam mengagumi. Jangan tergila-gila pada apa pun di dunia ini. Dunia fana. (halaman 210)
Kesendirian membuka mataku bahwa, pada dasarnya, kita akan selalu sendiri; lahir sendiri, berjuang menyelesaikan masalah sendiri, mati sendiri, dibangkitkan sendiri, dengan amalan masing-masing. (halaman 217)
JIKA KITA TAK PERNAH JADI APA-APA
Sinopsis
Apa yang membuat kamu hari ini khawatir? Akankah harus memikirkannya dari sekarang? Dapatkah kita pikirkan dengan logika sendiri? Segala yang meresahkan, termasuk tujuan masa depan, hanya dapat kita angankan dan harapkan, selebihnya adalah pasrahkan.
Steve Jobs tidak bangun dari tidurnya lalu berkata,”Aku akan membuat Apple!” Lihat, mereka juga bermula dari, “Tapi, aku nggak tahu mau jadi apa.” Namun, mereka melakukan sesuatu dan menekuninya.
Steve Jobs tidak bangun dari tidurnya, lalu berkata “Aku akan jadi penemu Apple.” Seperti orang-orang lain, dia memulai kisahnya tanpa tahu apa-apa. Buruknya lagi, dia tersesat dalam jurusan kuliah yang dia bahkan tak tahu apakah ada arti untuk-nya. Tak tahu mau jadi apa. Tak tahu apakah kuliah ini bisa membantunya. Steve Jobs merasa tak enak hati menghabiskan uang orangtuanya untuk kuliah. Jadi, dia memutuskan untuk keluar. Tanpa tahu akan jadi apa. Namun, bukan berarti dia berhenti belajar, di tetap belajar. Mempelajari hal-hal yang bisa dia pelajari. Mengambil kelas-kelas yang bisa diambilnya. Di sana Steve Jobs belajar kaligrafi, belajar tentang jenis huruf serif dan sans-serif menentukan celah yang tepat untuk setiap huruf dan hal-hal teknikal seputar tipografi. Steve Jobs menekuninya tanpa tahu akan jadi apa. Memang, ini tak ada hubunganyya dengan Apple. Namun, sepuluh tahun kemudian, saat Steve Jobs dan rekannya hendak mendesai Macintosh pertama, seluruh pelajaran yang dia dapatkan sepuluh tahun lalu di kelas kaligrafi ini menginspirasinya untuk membuat komputer dengan tipografi paling indah. Bahkan, jejak-jejak itu masih bisa kita rasakan pada awal peluncuran iPhone. Dia tak tahu mau jadi apa, tetapi dia mencoba ini itu, mempelajari ini itu. Mungkin, dia bahkan lupa bermimpi. Yang dia lakukan hanya melakukan apa yang dia lakukan. Benar-benar menekuninya. Dan jadilah dia seperti hari ini, Steve Jobs yang kita kenal.
Detail Buku Judul Buku : Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa
Penulis : Alvi Syahrin
Tahun Terbit : 2019
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 236 halaman
Pertama kali aku nemuin novel yang berjudul Jika Kita Tak Pernah Jadi Apa-Apa dari social media-nya penulis Mas Alvi Syahrin yang viral dan membuatku tertarik untuk membacanya. Dan novel ini yang pertama aku baca di awal tahun 2021 (seingatku). Buku dengan ukuran Panjang, lebar dan tebal yang asik buat dipegang. Warna cover-nya favorite banget, hitam. Buku dengan sampul berlatar hitam dan huruf berwarna kuning cerah itu memberikan pemahaman bahwa kita tetap harus berjalan penuh semangat bila tidak menjadi apa-apa.
Awal mula membaca tiap bab yang dimulai dari kisah ‘Perjuangan’ saat SMA-Kuliah-Mencari Kerja, kita tidak merasa relate karena telah melawati hal tersebut. Tapi justru untuk aku, tulisan diawal justru mengingatkan semua perjuangan aku.
Di Novel ini menceriakan tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah yang hadir di kehidupan. Berisi tentang asa yang tetap harus berkobar walaupun tidak sesuai ekspektasi dan rencana. Berbicara masalah mau jadi apa dan siapa, hal ini bisa dibilang merupakan perkara yang mudah. Yup, sangat mudah diucapkan dulu ketika masih kecil. Berbeda dengan kenyataan sekarang, yang mulai memikirkan masa depan, mau jadi apa dan siapa? Setelah cukup dewasa akhirnya banyak mengerti dan belajar bahwa menjadi dewasa itu tidaklah mudah, rasanya terkadang ingin kembali ke masa kecil.
Tapi memang untuk sebagian besar kasus, dewasa itu adalah proses pembelajaran buat keberlangsungan hidup kita kedepannya untuk menjadikan kita sebagai manusia yang bisa lebih kuat dan tegar untuk menerima adanya sedikit lonjakan dan krikil – krikil kecil yang menghantam kehidupan, dan itu semua gak mudah.
Masalah ini berkaitan banget dengan cita-cita kita sekarang mau jadi apa? Setelah dipikirkan dengan sangat matang dengan berbagai pemikiran sudut pandang orang yang berbeda-beda dan mungkin bisa jadi ada segelintir orang yang melakukan riset terkait jenis pekerjaan yang bisa menjadi referensi bagi seseorang. Salah satu dari teman kita beranggapan bahwa menjadi dokter dan pilot bukanlah cita-cita kita lagi, bahkan mungkin bisa jadi kita tidak memiliki cita-cita terhadap jenis pekerjaan apa yang kita mau dapatkan, karena mengingat bahwa kehidupan ini terlalu realistis.
Ingin menjadi seorang pekerja kantor yang hanya tinggal duduk dan dapat menerima gaji setiap bulannya, terlihat keren dan memiliki penghasilan yang tetap atau ingin menjadi PNS yang mana kehidupannya sangat terjamin oleh pemerintah bahkan sampai dimasa pensiunnya atau memilih untuk menjadi pengusaha, karena kita yang nantinya menjadi bos sendiri tanpa harus menerima tekanan atau mungkin bentakan dari atasan. Kembali lagi bahwa segala sesuatunya memiliki sudut pandang dibalik layar masing-masing yang kita gak tau apa yang sebenernya mereka alami. Kita tidak pernah tau bahwa yang terlihat oleh kita baik-baik saja belum tentu sesuai dengan kenyataan yang ternyata berbanding terbalik dari apa yang kita pikirkan selama ini. Didunia ini, tidak ada yang sempurna untuk itu akan lebih tidak baik lagi jika kita tak pernah jadi apa-apa.
Berikut kutipan yang ada di novel Jika kita tak pernah jadi apa-apa:
Perihal Kuliah
Jadi, aku ingin menambahkan: kuliah penting, tetapi tak menjamin kesuksesan seseorang. Namun, daripada tak melakukan apa-apa, mengapa tak memilih belajar dengan cara yang telah diakui? (hlm. 49)
Perihal Waktu
Sebagaimana hendak memetik buah, kita tak bisa menjadikan waktu sebagai satu-satunya faktor. Saat hendak memetik apel, kita perlu melihat warna kulitnya, warna di dekat lekukan batangnya, rasanya, dan kelembutannya. Namun, waktu juga jadi faktor penting. Terlalu lama dipetik bisa jadi terlalu matang nantinya. Terlalu lama dibiarkan bisa membusuk. (hlm. 105)
Perihal Anak Pertama
Mereka, anak-anak pertama, jadi begitu kritis menilai berbagai kekurangan yang ada dalam rumah ini. Namun, anak-anak pertama sering kali lupa bahwa kita tinggal di dunia yang tak sempurna; diisi oleh orang-orang tak sempurna; tetapi, menuntut kesempurnaan. (hlm. 114)
Perihal Uang
Iya, uang bikin senang. Iya, uang adalah kebutuhan. Iya, uang bisa memberi kita kesempatan lebih luas untuk membeli ini-itu, mencoba pengalaman-pengalaman baru. Tetapi, sampai jadi definisi kebahagiaan? Sampai jadi pemberi rasa tenang di hati? Rasanya sudah kelewatan. (hlm.167)
Perihal Sukses di Usia Muda
Mereka yang sukses di usia muda pasti ada alasan di balik itu. Pasti ada alasan mengapa mereka yang terpilih sukses di usia muda, bukan kita. (hlm. 176)
Kesimpulan
Jadi pesan dalam salah satu novel ini adalah apapun yang kamu lakukan jalani, syukuri, dan nikmati. Semua punya jalannya masing-masing, tidak perlu mengkhawatirkan yang tidak perlu dikhawatirkan, semua sudah memiliki porsinya masing-masing.
“Mungkin, hari ini, kamu ditolak. Tetapi, nanti, akan ada satu hari spesial. Yang membuatmu bergumam, “oh ini toh hikmahnya.” Lalu, semuanya menjadi terang dan indah. Sabar, butuh waktu.” (hlm 10) ~ Alvi Syahrin
Agar tidak merasa cemas dengan masa depan alangkah lebih baiknya nikmati saja masa yang sekarang ini. Jika kita sekarang gagal, yaa diperbaiki, cari tau apa yang salah. Jika kita berhasil, yaa dipertahankan lagi dengan cara berhati-hati dalam bertindak dan mengambil dalam setiap keputusan.
Masa depan itu suatu hal yang tidak pasti, dari pada overthinking duluan lebih baik kita fokus dan nikmati masa yang sekarang. Jalani semuanya dengan berusaha maksimal dan berserah diri pada hasil apa yang akan kita dapatkan nantinya.
Novel ini memang menceritakan keresahan kita terhadap masa depan yang belum dapat dipastikan. Setidaknya mungkin akan ada sedikit pencerahan jika kalian membaca novel ini. Karena mengingat bahasa yang digunakan juga sangat mudah dipahami dan penulis memberikan gambaran yang related dan terus mengeksplor segala bentuk keresahan-keresahan yang pada umumnya pernah dialami oleh hampir semua orang. Akan ada bagian-bagian dimana kita merasa bahwa saat membaca buku ini kita merasa bahwa kalimat-kalimat tersebut pantas dan tepat atas penggambaran cerita yang terjadi. Terima kasih sudah menuliskan buku ini Jika Aku tidak pernah jadi apa-apa aku yakin ada masa depan indah untuk aku dan teman-teman yang sudah membacanya.
Terima kasih sudah membaca review-nya sampai diakhir, semoga suka. See You^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar